-->

Investasi Reksadana Saham

reksadana saham
Idealnya, sebelum kita memulai investasi : kita lunasi dulu semua hutang konsumtif, pastikan arus keuangan (cash flow) kita positif, menyiapkan dana darurat, dan beli asuransi. Asuransi yang dimaksud adalah asuransi perlindungan dan kerugian (bukan unitlink), rancang tujuan investasi kita, kita bisa merancang tujuan investasi kita untuk persiapan dana pensiun, tabungan pendidikan anak, atau hal lain yang menurut kita tepat.

Setelah semuanya beres, baru kita bisa memulai untuk investasi. Dan langkah-langkah tadi memang harus dipenuhi dulu sebelum kita mulai berinvestasi. Pilihan investasi yang akan kita bahas saat ini adalah investasi reksadana saham. Kenapa investasinya di reksadana saham? Karena reksadana saham merupakan salah satu instrument investasi yang cukup mudah untuk pemula.

Yang perlu kita ketahui, reksadana saham cocok untuk dijadikan investasi jangka panjang, karena pertumbuhan reksadana saham pada umumnya selalu positif dan sangat signifikan. Misal untuk dana pendidikan anak kita sekolah. Kalau di deposito pasti tidak akan tumbuh karena kita tahu bahwa hasil yang kita dapat dari deposito tergerus inflasi. Tapi untuk kebutuhan 1-2 tahun, mendingan jangan. Soalnya kalau untuk jangka pendek (<5 tahun), reksadana saham sangat fluktuatif sekali, mending kita ambil reksadana pendapatan tetap atau reksadana campuran. Misal inflasi 10%, maka return reksadana saham harus bisa di atas itu. 

Kita bisa cek di www.infovesta.com disitu ada daftar beberapa reksadana saham yang returnnya di atas 10%. Nah, sangat lumayankan hasilnya di tahun-tahun sekarang ini. Setahun terakhir return tertinggi reksadana saham dimiliki MNC Dana Ekuitas, sebesar 24.33%. Artinya kalau kita beli setahun lalu dengan modal Rp 10 juta, sekarang NAB (Nilai Aktiva Bersih) sudah Rp 12,4 juta. 3 tahun terakhir, return tertinggi reksadana saham dimiliki oleh Panin Dana Maksima, sebesar 154.91%. Artinya denngan dana Rp 10 juta untuk investasi kita 3 tahun lalu, sekarang sudah jadi Rp 25,49 juta. Itu baru 1-3 tahun saja, coba kalau kita investasinya belasan/puluhan tahun yang lalu.

Dengan rumus future value, hanya dengan beli reksadana saham Rp 200 ribu per bulan selama 15 tahun dan return 12% per tahun, investasi kita akan jadi Rp 90 juta. Kalo mau hasil lebih tinggi, cari reksadana saham yang returnnya lebih tinggi dan kita perbesar lagi investasi kita. Rp 200 ribu itu cuma 4-5 kali ngopi di Starbucks lo. Dengan Rp 200 ribu/bulan dan return reksadana saham sebesar 25%/tahun, selama 15 tahun sudah jadi Rp 263jt. Kalo 25 tahun jadi Rp 1,8 miliar. Lumayan kan? Itu tadi kalau kita pakai hitungan Rp 200 ribu/bulan, Na kalau kita bisa investasi sebesar Rp 1 juta/bulan? 15 tahun lagi pastinya akan jadi Rp 8 milyar! Dan bisa lebih besar lagi kalau kita menaikkan besarnya cicilan reksadana saham. Caranya? Bisa dengan minimize expense (defensive) dan increase income (offensive). 

Ada istilah latte effect: people who spend money on the little things every day don't realize how much it can add up over time. Misal ngopi Starbucks, dinner di luar, meni/pedi, rokok, dan lain sebagainya. Jika dikurangi tak terlalu berdampak di hidup kita bukan, tapi bisa save lumayan. Tentu strategi defensif tadi ada limitnya, karena kita pasti keluar expense. Maka dari itu perlu strategi ofensif juga, karena tidak ada batasnya. Strategi ofensif ini bisa macem-macem, misal cari side job, freelance, bikin usaha sambilan bareng temen, nulis buku, jual jasa, dan lain-lain yang bisa kita jadikan sumber pemasukan. Kalau cash flow kita lebih bagus, maka lebih banyak juga yang bisa diinvestasikan. Selain nilai investasi kita makin besar, bisa lebih cepet pensiun dini lo.

Disadur dari Kultwit tentang Investasi Reksadana Saham oleh Nofie Iman
Twitter account: @imanomics
Untuk selengkapnya bisa dilihat disini : http://chirpstory.com/li/17073
Posted by: Ilham DC
Ilmu Investasi Updated at: 1:29 AM
image Comments
image 0 Comments

 
Kembali ke atas