-->

Trend Pergerakan Harga Saham Indonesia

trend harga saham
Di penghujung tahun 2012 ini, ada hal menarik dalam pergerakan harga saham di bursa Indonesia. Coba kita perhatikan, group saham apakah yang turun terbesar dan group saham apa yang mengalami kenaikan tertinggi ? Ya, benar sekali, tahun 2012 ini trend harga saham-saham group Bakrie yang didominasi saham komoditas BUMI dan UNSP turun tajam. Masih lekat di ingatan kita sebelum tahun 2008, saham-saham group Bakrie yang didominasi saham-saham komoditas menjadi primadona.

Ketika sektor komoditas berjaya pada 2006 - 2007, saham-saham group Bakrie yang juga berbasis komoditas meroket. Itu adalah cerita lama, yang kemudian menjadi duka bagi banyak investor pada tahun 2008 ketika krisis datang. Semua harga turun dalam di tahun 2008 dan banyak yang saat ini sudah pulih dan melebihi level harga tertinggi sebelumnya. Namun setelah tahun 2008, saat ini saham BUMI terus melemah hingga harga 620 dan tidak bisa kembali ke lvl tertinggi 8750. Sebaliknya, tahun 2012 ini merupakan era kejayaan bagi saham-saham group MNC atau biasa juga disebut Group Bhakti. MNC Group / Bhakti Group dimiliki oleh konglomerat Harry Tanoesodibjo atau yang akrab kita sebut Harry Tanoe. 

Pada tahun 2012 ini, semua saham milik Harry Tanoe melonjak luar biasa. Saham-saham MNCN, BMTR, BHIT, IATA, dan MSKY semuanya menguat tajam. Harga saham MNCN/MNC TV, awal tahun 2011 hanya Rp 930 per lembar saham, saat ini berkisar Rp 2675. Harga saham BMTR / Global TV, awal tahun 2011 harganya hanya Rp 650 saat ini berkisar Rp 2400, naik hampir 4x lipat. Aburizal Bakrie dan Harry Tanoe, keduanya merupakan konglomerat yang juga terjun ke ranah politik. Namun bukan soal politik dan segala intrik bisnis yang kita bicarakan saat ini. Terlepas dari politik dan segala opini tentang apa yang terjadi di baliknya, kita bisa mengambil pelajaran berharga. Terlepas dari penyebab dan siapa pemilik perusahaan yang sahamnya meroket / merosot itu, kita bisa memetik keuntungan dengan lebih bijak. 

Banyak investor yang menyalahkan pemilik perusahaan ketika mengalami kerugian besar dari saham-saham group Bakrie. Namun sebenarnya, tanggung jawab berinvestasi saham bukan terletak pada si pemilik perusahaan. Tanggung jawab dalam trading dan berinvestasi saham tertetak pada diri si investor pemegang /pembeli saham! Banyak investor yang mengalami euphoria pada tahun 2007 yang membuat investor merasa sangat percaya diri. Rasa percaya diri yang berlebihan saat itu membuat investor menjadi kurang waspada akan jurang di depan mata. Seorang pakar saham Indonesia seperti Ellen May sekalipun sempat merasakan pahitnya rugi dari saham BUMI pada tahun 2008 lalu, namun untungnya pada saat itu Ellen May mampu meminimalisir kerugian dengan cara melakukan pembatasan resiko (Stop Loss).

Sebenarnya, bukan tidak mungkin, suatu saat, saham-saham yang saat ini meroket suatu saat bisa saja merosot. Lalu apa yang harus kita lakukan sebagai seorang investor saham untuk mengantisipasi hal ini? Kuncinya adalah disiplin! Disiplin dalam membuat perencanaan investasi / trading, dan disiplin dalam melakukannya. Perencanaan investasi tidak hanya berisi tentang pemilihan saham dan kapan membeli saham. Percuma jika hanya tau kapan membeli namun tidak tau kapan saat yang tepat untuk menjual saham. Dalam perencanaan trading dan investasi saham, sebaiknya tetapkan dulu kapan kita akan ambil untung dan memangkas kerugian. Sebelum membeli sebuah saham, tetapkan kapan kita akan keluar jika terjadi kerugian. Hal ini seperti sabuk pengaman! 

Pelajaran kedua yang bisa kita petik adalah peka terhadap sebuah sektor saham atau group saham yang akan mengalami trend naik! Dengan mengetahui sektor / group mana yang sedang uptrend, maka pemilihan saham akan lebih mudah dan menguntungkan. 

Disadur dari Kultwit tentang Trend Pergerakan Harga Saham Indonesia oleh Ellen May
Twitter account: @pakarsaham
Untuk selengkapnya bisa dilihat disini :http://chirpstory.com/li/37460
Posted by: Ilham DC
Ilmu Investasi Updated at: 1:26 PM
image Comments
image 0 Comments

 
Kembali ke atas