Harga saham yang terlalu tinggi kurang terjangkau buat investor kecil, sedangkan yang terlalu rendah bisa di-delisting. Emiten bisa saja melakukan berbagai aksi korporasi yang bisa mempengaruhi harga saham secara langsung, bagaimana caranya? Berikut ini beberapa aksi korporasi yang dapat mempengaruhi harga saham :
1. Aksi Stock Split yang artinya memecah 1 sebuah harga saham menjadi beberapa bagian sesuai rasio. Contoh stock split 1:10 artinya, investor yang tadinya punya 1 lot saham X seharga 50.000 akan menjadi 10 lot saham X seharga 5000. Investor harus tau kenapa perusahaan melakukan Stock Split . Alasan terbaik biasanya untuk memperluas likuiditas saham tersebut. Harga baru yang lebih rendah biasa banyak diburu investor ritel, karena mereka bisa belanja saham tersebut di harga yang lebih murah dengan stock split. Contoh Stock Split pada saham ASII (PT.Astra International, Tbk) Stock split 1 : 10 dari 70 ribuan menjadi 7 ribu an.
2. Aksi Reverse Stock Split , ini kebalikan dari stock split. Jika Stock Split dilakukan untuk “memecah” harga suatu emiten, Reverse Stock Split dilakukan untuk “meringkas”. Misalnya : saham FREN pernah melakukan Reverse Stock Split 10:1 dari harga Rp 50. Artinya 10 lembar saham seharga Rp 50 diringkas menjadi 1 lembar saham seharga Rp 500. Reverse Stock Split dilakukan biasanya karena kurangnya likuiditas pada saham tersebut. Citigroup juga pernah melakukan reverse stock split karena harganya terus merosot saat itu. Secara logika, saham yang mengalami Stock Split biasanya lebih bagus daripada Reverse Stock Split. Kenapa ya? Saham yang stock split biasanya karena harganya naik dan terlalu mahal, hal ini menunjukkan saham tersebut diminati investor. Sedangkan Reverse Stock Split biasanya karena harga sahamnya turun terlalu dalam, yang menunjukkan saham itu kurang diminati.
3. Aksi Right Issue yaitu dengan cara peluncuran saham baru yang oleh suatu emiten. Mengapa ? Apa itu Right Issue ? Right Issue (RI) akan ditanggapi positif oleh pelaku pasar jika tujuan dari RI adalah untuk ekspansi. Right Issue akan ditanggapi negatif oleh pelaku pasar jika modal yang diperoleh dari RI akan digunakan untuk bayar utang. Logikanya, investor berinvestasi supaya uangnya bertumbuh bukan untuk membayar hutang orang lain. Right Issue biasanya ditanggapi negatif juga karena efek terdilusinya harga saham. Contoh Right Issue yang dilakukan hampir berbarengan dengan Reverse Stock Split adalah FREN.
4. Aksi Buy Back. Emiten seringkali membeli kembali saham mereka kembali, dan aksi seperti dinamakan buy back. Biasanya jika dilakukan buy back oleh suatu emiten, dapat mendorong harga saham itu naik, mengapa ? Jika sebuah perusahaan melakukan buy back / membeli sahamnya sendiri, logikanya biasa saham perusahaan tersebut baik. Selain itu, aksi korporasi Buy Back Saham juga ditujukan untuk menjaga likuiditas saham tersebut. Pemerintah pernah buy back saham-saham BUMN pada tahun 2009 untuk meningkatkan harga saham yang merosot akibat krisis.
Disadur dari Kultwit tentang Aksi Korporasi Perusahaan oleh Ellen May
Twitter account: @pakarsaham
Untuk selengkapnya bisa dilihat disini : http://chirpstory.com/li/13860