-->

Mau Kaya dan Makmur?

kaya dan makmur
Apakah kaya dan makmur itu sama ? Hidup senang, bisa beli semua yang diinginkan, tidak kekurangan uang? Ternyata kaya dan makmur itu dua kondisi yang berbeda. Kaya belum tentu makmur, tapi makmur belum tentu kaya. Lhoo? Kaya pada umumnya adalah ketika kita memiliki banyak aset, rumah, perhiasan, mampu membeli mobil dan fashion mewah?

Kaya tidak cuma dilihat dari aset yang dimiliki, tapi harus dikurangi hutang-hutang. Misalnya tanah dan rumah masih hutang. Jadi, untuk menghitung aset kekayaan, harus secara netto / sudah dikurangi kredit-kredit. Jika Mr.X punya aset rumah Rp 1M, deposito 200 juta, saham 200 juta, namun hutang 800 juts berarti asetnya hsnys 600 juta. Nah dengan aset sebesar 600 juta itu, apakah Mr.X makmur ? Belum tentu ! Kira-kira kenapa ya? Makna “makmur” sejatinya adalah ketika kebutuhan kita terpenuhi oleh aset produktif tanpa harus bekerja. Jadi, seseorang yang makmur adalah orang yang kebutuhannya terpenuhi oleh passive income dari aset-asetnya. Belajar melipatgandakan aset melalui saham

Seseorang yang makmur, tidak bergantung pada gaji/pekerjaan utamanya di dalam memenuhi kebutuhan hidup. Seseorang yang makmur, tidak terganggu kualitas hidupnya apabila ia kehilangan pekerjaan utamanya. Kenapa? Jika Mr.X punya aset 600 juta namun tidak produktif asetnya, maka Mr.X baru tergolong “kaya” dan bukan “makmur”. Aset produktif disebut juga dengan passive income. Apa saja sih yang termasuk aset produktif / passive income ? Apakah saham bisa dijadikan sebagai passive income ? Passive income/aset produktif contohnya deposito, rumah dikontrakkan, franchise, MLM, dan dividen dari saham. Jika kehidupan kita masih ditopang oleh penghasilan, maka kita masih belum tergolong makmur, meski kita kaya aset. Jadi, bagaimana caranya supaya kaya dan makmur ? 

Kemakmuran / financial freedom bergantung pada seberapa besar biaya hidup yang dibiayai oleh passiev income. Untuk menjadi makmur, orang senantiasa berpikir untuk memperbesar passive income, itu benar. Namun tidak cukup memperbesar passive income saja untuk menjadi makmur, tapi pengeluaran juga harus dikontrol. Tidak ada gunanya apabila passive income besar, namun pengeluaran juga semakin besar. Jika aset Mr.X sebesar 600 juta, dan jika passive income nya sebesar 60 juta per tahun, berarti per bulan Rp 5 juta. Nah, jika pengeluaran Mr.X per bulan di bawah Rp 5 juta, maka Mr.X bisa tergolong makmur. Namun jika pengeluaran Mr.X di atas Rp 5 juta per bulan, maka Mr.X belum bisa dibilang makmur. Nah,ternyata, financial freedom atau menjadi “makmur” itu tidak berarti harus sangat kaya. Jika seluruh kebutuhan kita dapat dibiayai dari pendapatan pasif, maka kita bisa dibilang menjadi makmur. Pertanyaannya, lebih baik menjadi kaya atau makmur ?

Dari uraian di atas, mau memilih menjadi kaya / makmur ? Jika dilihat dari definisi kaya dan makmur di atas, lebih baik menjadi orang yang makmur. Kenapa ya? Karena biasanya orang yang makmur itu kaya, namun orang yang kaya belum tentu makmur. Dengan menjadi makmur maka semua kebutuhan hidup terpenuhi dari passive income, bukan dari gaji. Nah, sampai sini..Kira-kira passive income apa saja yang ingin kita miliki ? Contoh passive income (1) : menyewakan tanah / ladang / gudang / rumah,memiliki bisnis franchise. Contoh passive income (2) : memiliki sarang walet, royalti buku, royalti cd musik, royalti ring back tone. Contoh passive income (3) : deposito, bunga obligasi, deviden saham … dll. Saham berfundamental bagus yang rajin bagi deviden (terutama saham BUMN), mampu memberi kita passive income tiap tahun. Nah, selain memperoleh passive income berupa deviden tiap tahun, seorang investor saham juga bisa menikmati capital gain.

Disadur dari Kultwit tentang Mau Kaya dan Makmur? oleh Ellen May
Twitter account: @pakarsaham
Untuk selengkapnya bisa dilihat disini : http://chirpstory.com/li/21607
Posted by: Ilham DC
Ilmu Investasi Updated at: 2:22 PM
image Comments
image 0 Comments

 
Kembali ke atas