Awal sebuah pernikahan merupakan masa yang sangat penting untuk membangun pondasi keuangan keluarga, demi masa yang akan datang. Karena, semakin lama kebutuhan
keluarga yang kita bina tentunya akan semakin kompleks dengan hadirnya buah hati, bertambahnya anak, bertambahnya usia, dan
juga bertambahnya kebutuhan hidup kita. Oleh karena itu, keluarga muda harus bisa hemat dan cermat sejak
awal membina rumah tangga. Sebagai pasangan keluarga muda, tentunya akan sangat menginginkan kehadiran buah hati. Karena dengan adanya buah hati dalam keluarga, sudah barang tentu akan menjadikan sebuah keluarga lebih sempurna. Tapi sebagai keluarga muda, seringkali lupa bahwa dengan hadirnya anak berarti akan ada tanggung jawab finansial yang lebih besar yang tentunya sudah harus dipersiapkan sejak jauh-jauh hari bukan? Mulai dari bertambahnya kebutuhan primer sampai kebutuhan pendidikan anak kita kelak.
Jika sebagai keluarga muda kita tidak memiliki kesadaran finansial sejak dini, bukan tidak mungkin jika nantinya kebutuhan anak justru terabaikan. Tentunya sebagai orang tua kita tidak ingin hal ini terjadi pada anak kita bukan? Untuk itu, ketika anak pertama lahir, sebagai keluarga muda harus segera menilik neraca keuangannya. Kebiasaan buruk yang seringkali dilakukan oleh keluarga muda adalah ketika anak pertama lahir, lebih mementingkan untuk membeli kebutuhan sang buah hati secara berlebihan. Misalnya saja, membeli pakaian dan perlengkapan bayi hingga menumpuk. Padahal jika dipikir, pertumbuhan anak usia dibawah lima tahun (balita) cukup pesat, sehingga pakaian yang telah dibeli sudah barang tentu tidak akan terpakai dalam waktu yang lama. Hal ini seharusnya bisa disiasati dengan cara membeli keperluan bayi secukupnya saja. Bila ada perlengkapan bayi seperti "stroller" yang ternyata ada salah satu keluarga atau family kita yang punya, mendingan pinjam saja jika memang tidak digunakan. Atau, bisa juga kita menyewa perlengkapan bayi di tempat-tempat penyewaan peralatan bayi yang saat ini memang sudah ada tempat khusus.
Nah, itu tadi cara menyiasati agar sebagai keluarga muda bisa lebih efektif untuk melakukan penghematan biaya pada hal-hal yang berkaitan dengan kebutuhan buah hati kita yang masih kecil. Lalu bagaimana cara mengatur keuangan keluarga muda secara lebih lengkap? Sudah tentu kita harus memperhatikan setiap pos-pos penting pengeluaran keluarga kita. Jangan terlalu pemborosan untuk hal-hal yang sifatnya sementara, mulailah dari sekarang untuk memperhatikan pos-pos kebutuhan yang berkaitan dengan buah hati kita. Nah berikut ini adalah pos-pos penting yang perlu kita perhatikan dan persiapkan :
1. Tambah Dana Darurat
Sudah barang tentu dana darurat dipersiapkan untuk dana cadangan jika sewaktu-waktu sumber pendapatan keluarga terganggu. Dana darurat wajib bagi setiap keluarga muda, sebelum memutuskan untuk membeli proteksi ataupun berinvestasi. Bagi keluarga muda yang masih belum punya anak, baiknya dana yang akan dipersiapkan sebagai dana darurat besarnya tiga sampai enam kali pengeluaran bulanan keluarga. Nah, ketika sudah punya anak, maka uang untuk dana darurat tentunya harus ditambah lagi sebanyak enam sampai sembilan kali dari total biaya bulanan. Hal ini memang berat jika kita mempersiapkan dana darurat dengan anggaran dana sebesar enak sampai sembilan kali total biaya pengeluaran bulanan kita, untuk itu, untuk permulaan kita bisa mengunpulkan sebanyak 30% dari dana darurat yang harus kita penuhi. Setelah 30% ini terpenuhi, kita bisa lanjutkan ke tahap berikutnya. Sebagai catatan, dana darurat harus likuid artinya jika sewaktu-waktu dibutuhkan, pencairannya cepat. Bisa kita siapkan dana darurat kita dalam bentuk tabungan, deposito, logam mulia, atau reksadana pasar uang.
2. Beli Asuransi Jiwa
Keluarga muda yang telah memiliki momongan, sebaiknya membeli asuransi jiwa. Membeli asuransi jiwa bertujuan untuk melindungi resiko finansial si pencari nafkah dalam keluarga. Apabila ada hal yang tidak diingkan terjadi pada si pencari nafkah dalam keluarga, asuransi jiwa diharapkan dapat menggantikan fungsi tersebut. Jika dalam keluarga antara suami dan istri masing-masing memiliki pendapatan dan pendapatan dari keduanya merupakan sumber pokok pemenuhan kebutuhan keluarga, sebaiknya keduanya membeli asuransi jiwa. Nah, apabila hanya salah satu, membeli asuransi jiwa dikhususkan untuk si pencari nafkah utama dalam keluarga. Selain membeli asuransi jiwa, disarankan juga untuk membeli asuransi kesehatan bagi sibuah hati. Untuk asuransi kesehatan, beli asuransi kesehatan kumpulan, karena premi yang harus dibayar lebih kecil.
3. Investasi Pendidikan Anak
Kita semua tahu, bahwa biaya pendidikan dari hari ke hari semakin mahal. Untuk itu, sangatlah penting bagi kita keluarga muda unduk mempersiapkan investasi pendidikan bagi anak-anak kita. Jadi, sangat disarankan ketika anak pertama lahir, kita langsung bikin pos-pos dana pendidikan, misalnya berdasarkan jenjang tingkat pendidikan (Play Group, TK, SD, SMP, SMA, Perguruan Tinggi). Setelah itu baru kita cari investasi yang bisa kita lakukan berdasarkan jenjang pendidikan tersebut. Contohnya: Logam mulian cocok untuk investasi jangka pendek, reksadana campuran untuk jangka menengah, dan reksadana saham untuk jangka panjang. Nah, kalau kita kesulitan untuk memenuhi biaya pendidikan semua jenjang, kita bisa pilih untuk mempersiapkan jenjang pendidikan yang terjauh dulu, misalnya adalah dengan cara berinvestasi untuk memenuhi biaya pendidikan anak kita di bangku kuliah kelak. Kemudian berlanjut berinvestasi untuk pemenuhan biaya pendidikan dalam jenjang yang lebih dekat. Karena, dana investasi di jenjang pendidikan terjauh biayanya yang paling kecil.
4. Kencangkan Ikat Pinggang
Dengan persiapan untuk dana darurat, membeli asuransi, dan investasi pendidikan tentu akan membuat pengeluaran keluarga muda membengkak. Nah, kalau besarnya pendapatan kita tetap, bagaimana solusinya agar ketiga pos tersebut dapat terpenuhi sementara keputuhan pokok tidak terganggu ? Ada tiga cara, yaitu :
- Mengurangi pengeluaran.
Bisa dengan membatasi kebiasaan makan diluar, liburan tiap week end, dan pengeluaran apa saja yang selama ini sangat rutin namun bisa dihilangkan.
- Menurunkan kelas konsumsi.
Contohnya adalah kalau kita dan pasangan kita selama ini selalu bepergian menggunakan mobil, sementara kitapun memiliki sepeda motor, sebaiknya kita rubah kebiasaan ini. Jadi kita gunakan saja motor, dan ga perlu keluar pengeluaran yang lebih besar apabila kita menggunakan mobil.
- Menghilangkan kebutuhan.
Jika dua cara sebelumnya tidak berhasil juga, mau tidak mau kita harus secara tegas berkenan untuk menghilangkan kebutuhan kita yang sebenarnya memang tidak terlalu penting. Contohnya adalah apabila salah satu dari kita (suami dan istri) memiliki kebiasaan dan hobi mengoleksi barang mewah, sebaiknya di stop. Demi keamaan keuangan keuarga, dan tentunya demi pemenuhan kebutuhan dana darurat, pembelian asuransi dan dana pendidikan anak kita. Tidak ada salah kita melakukan ini, toh tujuan kita juga adalah demi kebaikan keuangan keluarga.
Sumber : (Kontan)
2. Beli Asuransi Jiwa
Keluarga muda yang telah memiliki momongan, sebaiknya membeli asuransi jiwa. Membeli asuransi jiwa bertujuan untuk melindungi resiko finansial si pencari nafkah dalam keluarga. Apabila ada hal yang tidak diingkan terjadi pada si pencari nafkah dalam keluarga, asuransi jiwa diharapkan dapat menggantikan fungsi tersebut. Jika dalam keluarga antara suami dan istri masing-masing memiliki pendapatan dan pendapatan dari keduanya merupakan sumber pokok pemenuhan kebutuhan keluarga, sebaiknya keduanya membeli asuransi jiwa. Nah, apabila hanya salah satu, membeli asuransi jiwa dikhususkan untuk si pencari nafkah utama dalam keluarga. Selain membeli asuransi jiwa, disarankan juga untuk membeli asuransi kesehatan bagi sibuah hati. Untuk asuransi kesehatan, beli asuransi kesehatan kumpulan, karena premi yang harus dibayar lebih kecil.
3. Investasi Pendidikan Anak
Kita semua tahu, bahwa biaya pendidikan dari hari ke hari semakin mahal. Untuk itu, sangatlah penting bagi kita keluarga muda unduk mempersiapkan investasi pendidikan bagi anak-anak kita. Jadi, sangat disarankan ketika anak pertama lahir, kita langsung bikin pos-pos dana pendidikan, misalnya berdasarkan jenjang tingkat pendidikan (Play Group, TK, SD, SMP, SMA, Perguruan Tinggi). Setelah itu baru kita cari investasi yang bisa kita lakukan berdasarkan jenjang pendidikan tersebut. Contohnya: Logam mulian cocok untuk investasi jangka pendek, reksadana campuran untuk jangka menengah, dan reksadana saham untuk jangka panjang. Nah, kalau kita kesulitan untuk memenuhi biaya pendidikan semua jenjang, kita bisa pilih untuk mempersiapkan jenjang pendidikan yang terjauh dulu, misalnya adalah dengan cara berinvestasi untuk memenuhi biaya pendidikan anak kita di bangku kuliah kelak. Kemudian berlanjut berinvestasi untuk pemenuhan biaya pendidikan dalam jenjang yang lebih dekat. Karena, dana investasi di jenjang pendidikan terjauh biayanya yang paling kecil.
4. Kencangkan Ikat Pinggang
Dengan persiapan untuk dana darurat, membeli asuransi, dan investasi pendidikan tentu akan membuat pengeluaran keluarga muda membengkak. Nah, kalau besarnya pendapatan kita tetap, bagaimana solusinya agar ketiga pos tersebut dapat terpenuhi sementara keputuhan pokok tidak terganggu ? Ada tiga cara, yaitu :
- Mengurangi pengeluaran.
Bisa dengan membatasi kebiasaan makan diluar, liburan tiap week end, dan pengeluaran apa saja yang selama ini sangat rutin namun bisa dihilangkan.
- Menurunkan kelas konsumsi.
Contohnya adalah kalau kita dan pasangan kita selama ini selalu bepergian menggunakan mobil, sementara kitapun memiliki sepeda motor, sebaiknya kita rubah kebiasaan ini. Jadi kita gunakan saja motor, dan ga perlu keluar pengeluaran yang lebih besar apabila kita menggunakan mobil.
- Menghilangkan kebutuhan.
Jika dua cara sebelumnya tidak berhasil juga, mau tidak mau kita harus secara tegas berkenan untuk menghilangkan kebutuhan kita yang sebenarnya memang tidak terlalu penting. Contohnya adalah apabila salah satu dari kita (suami dan istri) memiliki kebiasaan dan hobi mengoleksi barang mewah, sebaiknya di stop. Demi keamaan keuangan keuarga, dan tentunya demi pemenuhan kebutuhan dana darurat, pembelian asuransi dan dana pendidikan anak kita. Tidak ada salah kita melakukan ini, toh tujuan kita juga adalah demi kebaikan keuangan keluarga.
Sumber : (Kontan)