Pasar forex kita ketahui sebagai pasar terbesar di dunia. Karena mata uang berpindah tangan setiap kali barang dan jasa diperdagangkan antar negara. Besarnya transaksi perdagangan antar negara, membuat para spekulan memiliki kesempatan untuk melakukan arbritase (praktik memperoleh keuntungan dari perbedaan harga antara dua pasar keuangan). Karena nilai mata uang yang berfluktuasi setiap menit. Biasanya para spekulan ini melakukan banyak transaksi perdagangan untuk keuntungan yang kecil, tapi terkadang mereka juga mengambil prosi besar untuk memperoleh keuntungan yang besar pula. Tentu saja, jika spekulan salah mengambil keputusan transaksi, kerugian yang bakal dialami juga besar. Nah, pada artikel ini akan kita ulas tentang spekulasi tersebesar yang pernah ada dalam sejarah forex trading.
Posisi Ke-3 : Andy Krieger Melawan "The Kiwi"
Pada tahun 1987, Andy Krieger seorang trader valas perusahaan Bankers Trust, dengan sangat teliti dan hati-hati mengamati mata uang yang mengalami reli terhadap dollar Amerika akibat efek terjadinya "Black Monday Crash". Black monday crash yang terjadi pada 19 Oktober 1987 adalah peristiwa jatuhnya Dow Jones Industrial Average yang mencapai hampir 22% dalam satu hari, dan menandai jatuhnya pasar saham global. Pada waktu itu, banyak investor dan perusahaan trading bergegas mengalihkan transaksinya dari dollar Amerika ke mata uang lain yang tidak banyak terkena dampak dari peristiwa tersebut. Dengan terjadinya black monday crash, ada beberapa mata uang yang secara fundamental undervalued dan punya kesempatan yang sangat bagus bagi para spekulan. Saat itu Krieger menargetkan "The Kiwi" (sebutan trader untuk mata uang Selandia Baru), sebagai sasaran tembaknya.
Dengan menggunakan teknik yang relatif baru dalam transaksi opsi, Krieger mengambil posisi short untuk mata uang Selandia Baru, yang nilai transaksinya mencapai ratusan juta dolar. Ternyata, traksaksi jual yang dilakukan oleh Krieger melebihi jumlah pasokan uang Selandia Baru itu sendiri. Tekanan jual yang dikombinasikan dengan kurangnya mata uang yang beredar menyebabkan "The Kiwi" turun tajam. Hasilnya, Krieger menghasilkan jutaan dolar dari spekulasi yang dilakukannya.
Ada cerita yang mengatakan bahwa, saat itu pejabat pemerintah Selandia Baru sangat khawatir dengan situasi tersebut, sehingga mereka memanggil bos Bangkers Trust dan mengancamnya untuk segera "keluar" dari the kiwi. Setelah peristiwa itu, Krieger kemudian meninggalkan Bankers Trust dan bergabung dengan perusahaan yang dimiliki George Soros.
Posisi Ke-2 : Stanley Druckenmiller Dua Kali Bersekulasi Pada Mark Jerman
Stanley Druckenmiller menghasilkan jutaan dolar dengan melakukan dua kali spekulasi panjang pada mata uang yang sama saat bekerja sebagai trader di Quantum Fund milik George Soros. Spekulasi pertama Druckenmiller dilakukan ketika Tembok Berlin runtuh. Kesulitan yang dirasakan ketika reunifikasi antara Jerman Barat dan Timur telah membuat mark Jerman tertekan. Dan hal ini dipandang oleh Druckenmiller sebagai kejadian yang sangat ekstrim. Dia awalnya menempatkan transaksi bernilai jutaan dolar, kemudian dia mendapat arahan dari Soros yang menyuruhnya untuk meningkatkan pembelian hingga mencapai 2 miliar mark Jerman. Ternyata semua berjalan sesuai dengan rencana dan posisi long yang di ambil menjadi bernilai jutaan dolar, hal ini mendorong pengembalian Dana Quantum lebih dari 60%.
Karena keberhasilan spekulasi pertamanya, Druckenmiller membuat mark Jerman menjadi bagian integral dari perdagangan mata uang terbesar dalam sejarah. Beberapa tahun kemudian, saat Soros sedang sibuk menggoyang Bank of England, Druckenmiller mengambil posisi long untuk Mark dengan asumsi bahwa dampak dari sepekuasi yang dilakukan bosnya akan menjatuhkan pound Inggris terhadap Mark. Druckenmiller yakin bahwa ia dan Soros benar dan menunjukkan ini dengan membeli saham Inggris. Dia percaya bahwa Inggris harus memangkas suku bunga kredit, sehingga merangsang bisnis, dan dengan nilai pound yang lebih murah, berarti akan lebih banyak ekspor dibandingkan dengan saingan Eropa-nya. Berdasarkan pemikiran tersebut, kemudian Druckenmiller membeli obligasi Jerman dengan harapan bahwa investor akan pindah ke obligasi karena saham Jerman menunjukkan pertumbuhan kurang dari Inggris. Keputusan tersebut menjadi keputusan perdagangan yang sangat lengkap, ditambah lagi keuntungan dari spekulasi utama Soros terhadap pound.
Posisi Ke-1 : George Soros Vs. Pound Sterling Inggris
Pound Sterling Inggris membayangi Mark Jerman menjelang tahun 1990-an meskipun kedua negara sangat berbeda secara ekonomi. Jerman adalah negara kuat meskipun mengalami kesulitan akibat reunifikasi, dan Inggris ingin menjaga nilai pound di atas 2,7 Mark. Upaya untuk menjaga standar ini menyebabkan Inggris memiliki suku bunga tinggi dengan inflasi sama tinggi. Dan Inggris di tuntut untuk tetap menjaga tingkat bunga sebesar 2,7 Mark terhadap Pound Sterling, sebagai syarat memasuki Exchange Rate Mechanism (ERM) Eropa.
Pound Sterling Inggris membayangi Mark Jerman menjelang tahun 1990-an meskipun kedua negara sangat berbeda secara ekonomi. Jerman adalah negara kuat meskipun mengalami kesulitan akibat reunifikasi, dan Inggris ingin menjaga nilai pound di atas 2,7 Mark. Upaya untuk menjaga standar ini menyebabkan Inggris memiliki suku bunga tinggi dengan inflasi sama tinggi. Dan Inggris di tuntut untuk tetap menjaga tingkat bunga sebesar 2,7 Mark terhadap Pound Sterling, sebagai syarat memasuki Exchange Rate Mechanism (ERM) Eropa.
Banyak spekulan yang bertanya-tanya berapa lama nilai tukar fixed akan bisa melawan kekuatan pasar, banyak diantara merekapun mulai mengambil posisi short terhadap pound. Soros menggelontorkan banyak dana untuk berspekulasi pada penurunan pound. Inggris menaikkan suku bunga sebesar dua digit untuk mencoba menarik investor. Pemerintah Inggris berharap bisa mengurangi tekanan jual dengan menciptakan tekanan beli lagi.
Membayar besarnya biaya bunga, membuat pemerintah Inggris menyadari bahwa mereka akan kehilangan miliaran apabila terus menopang Pound Sterling. Akhirnya mereka menarik diri dari ERM dan nilai Pound terhadap Mark langsung anjlok. Soros setidaknya memperoleh keuntungan sebesar $1 milliar dari spekulasi yang dilakukannya saat itu. Sementara bagi pemerintah Inggris, devaluasi Pound benar-benar membantu, karena memaksa kelebihan bunga dan inflasi ekonomi, sehingga menciptakan lingkungan yang ideal untuk bisnis.
Setiap kali ada diskusi tentang perdagangan mata uang selalu saja membahas George Soros, karena banyak trader yang memiliki koneksi ke dia dan Quantum Fund-nya. Setelah pensiun dari manajemen aktif pada perusahaannya, George Soros memfokuskan diri sebagai seorang filantropis. Soros pun mengeluarkan komentar tentang perdagangan mata uang yang telah dilakukannya, dia merasa menyesal karena telah menggunakan kekayaan yang dimilikinya untuk menyerang Pound Sterling. Banyak kalangan menilai pernyataan tersebut di anggap aneh. Karena sebagai seorang trader, menghasilkan uang seperti apa yang telah dicapai oleh Soros, dilakukan dengan cara memanfaatkan ketidak efisienan harga pasar, hal ini sangat lumrah terjadi di dunia trading. Akibat aksi spekulasi yang dilakukan Soros, Inggris memang kehilangan uang dan terpaksa harus menelan pil pahit akibat menarik diri dari ERM. Tetapi banyak orang juga menilai kelemahan ini sebagai langkah penting yang membantu Inggris muncul lebih kuat lagi. Jika tak ada penurunan pound, masalah ekonomi Inggris mungkin akan terus berlarut-larut.
Sumber : Investopedia.com